TITRASI POTENSIOMETRI
Potensiometri
adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran beda potensial sel dari suatu
sel elektrokimia. Metode potensiometri digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu ion (ion selective electrode), pH suatu larutan,
dan menentukan titik akhir titrasi.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.
Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat
pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator
(Rivai, 1995).
Alat-alat
yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah :
1. Elektroda
pembanding (refference electrode)
2. Elektroda
indikator ( indicator electrode )
3. Alat pengukur potensial.
Komponen-komponen tersebut
disusun membentuk suatu sel potensiometri seperti gambar berikut.
Dari gambar
dapat dilihat bahwa sel potensiometri disusun dari dua setengah sel yang
dihubungkan dengan jembatan garam yang
berfungsi penyeimbangkan muatan larutan pada masing-masing setengah sel,
selain itu juga berfungsi sebagai penghubung antara dua setengah sel
tersebut. Masing-masing setengah sel terdapat elektroda yang
tercelup dalam larutan elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya
oleh potensial elektrodanya. Pemisahan elektrode ini diperlukan untuk
mencegah terjadinya reaksi redoks spontan dari laruan-larutan elektrolit
yang digunakan dalam sel potensiometri.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar
ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur
setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan
pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva
titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun
jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena
pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk
semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan
(Basset, 1994).
Potensiometri
digunakan sebagai salah satu metode untuk mengukur konsentrasi suatu
larutan, dalam hal ini hubungan antara potensial sel dan konsentrasi dapat
dijelaskan melalaui persamaan Nerst
Dimana :
Eo : standar potensial reduksi
R : konsanta gas
T : temperatur ( K )
n : jumlah elektron yang terlibat dalam rekasi
reduksi
F : konstanta faraday
Q : reaksi quosien.
Jika
temperatur dalam laboratorium 298 K
,maka ln diubah ke log, dimana E dinyatakan dalam satuan volt Mengingat bahwa potensial dari sel
elektrokimia potensiometri adalah
Ecell = Ec – Ea
Elemen-elemen
yang diperlukan dalam potensiometri antara lain adalah elektroda pembanding ( acuan ), elektroda
Indikator, Jembatan garam dan larutan yang dianalisis.
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu
elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai,
1995).
Di dalam
beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektroda dengan
harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak
peka terhadap komposisi larutan yang sedang diselidiki. Suatu elektrode yang
memenuhi persyaratan diatas disebut elektrode pembanding (refference
electrode ). Ada dua jenis elektrode pembanding yang akan
diuraikan berikut ini.
a. Elektroda pembanding primer
Contoh dari
elektroda jenis ini adalah elektroda hidrogen standar. Elektroda ini terbuat
dari platina hitam agar penyerapan gas hidrogen pada permukaan elektroda
dapat terjadi secara maksimal, sehingga reaksi
H2 <====> 2 H+
+ 2 e
Dapat berlangsung dengan cepat
dan reversible. Potensial setengah sel
dari elektroda pembanding primer adalah nol volt. Elektroda standar hidrogen
jarang digunakan dalam proses analisis, tetapi hal ini penting karena elektroda
standart yang digunakan untuk menentukan standart potensial sel pada standart
setengah sel elektrokimia.
b. Elektroda pembanding sekunder
Elektroda
standart sekunder adalal elektroda yang sering digunakan dan banyak terdapat di
pasar,karena penggunaannya yang lebih praktis. Ada dua macam elektroda
standart sekunder yaitu elektroda kalomel dan elektroda perak / perak
klorida.
1). Elektroda kalomel
Elektroda ini terbuat dari tabung gelas atau plastik dengan panjang
± 10 cm dan garis tengah 0,5 -
1 cm yang dicelupkan ke dalam air raksa yang kontak dengan lapisan pasta
Hg / HgCl2 yang terdapat pada tabung bagian dalam yang berisi
campuran Hg, Hg2Cl2 dan KCl jenuh dan dihubungkan dengan
larutan KCl jenuh melalui lubang kecil.
2). Elektroda perak
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda calomel,terdiri dari suatu
elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang dijenuhkan dengan
AgCI. Jika dibandingkan dengan elektroda kalomel, elektroda perak lebih unggul
dalam temperatur yang tinggi. Namun, elektroda perak/perak klorida mempunyai
kecenderungan untuk bereaksi dengan larutan membentuk kompleks perak yang tidak
larut yang memungkinkan menyumbat jembatan garam yang menghubungkan
larutan dan elektroda.
3. Elektroda
indikator
Elektroda
indikator dibagi menjadi dua kategori, yaitu : elektroda logam dan
elektroda membran. Elektroda
logam dapat dikelompokkan ke dalam elektroda jenis
pertama (first kind), elektroda jenis
kedua (second kind), elektroda jenis
ketiga (third kind)
a. Elektroda logam
Potensial dari elektroda logam ditentukan dari posisi reaksi redoks ketika
elektroda dan larutan bertemu.terdapat tiga macam elektroda logam yaitu
elektroda logam jenis pertama, elektroda logam jenis kedua, dan elektroda logam
jenis ketiga.
1). Elektroda jenis pertama
Elektroda jenis pertama adalah elektroda yang langsung
berkeseimbangan dengan kation yang berasal dari logam tersebut
.Contoh,elektroda tembaga.
Cu2+ + 2e
<==> Cu(s)
2). Elektroda jenis kedua
Elektroda jenis kedua adalah elektroda yang harga potensialnya bergantung
pada konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari elektroda
endapan suatu ion kompleks yang stabil.
Contoh elektroda perak untuk halida,
reaksinya dapat ditulis,
AgCl(s) <==>
Ag(s) + Cl
3). Elektroda jenis ketiga
Elektroda jenis ketiga adalah elektroda logam yang harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion logam lain. Contoh, elektroda Hg dapatdigunakan untuk menentukan konsentrasi Ca2+
, Zn2+ ,atau Cd2+ yang terdapat dalam larutan.
b. Elektroda membran
Elektroda
membran telah digunakan dan dikembangakan cukup luas,karena dapat menentukan
ion tertentu. Elektroda membran biasa disebut dengan elektroda selektif ion (ion selective electrode).Elektroda membran
juga digunakan untuk penentuan pH
dengan mengukur perbedaan potensial antara larutan pembanding yang keasamannya
tetap dan larutan yang dianalisis.Elektroda membran dibagi empat macam yaitu
elektroda membran kaca, elektroda membran cairan, elektroda padatan dan
elektroda penunjuk gas.
1). Elektroda membran kaca
Kualitas paling bagus yang dijual dipasaran untuk elektroda membran kaca
terbuat dari Corning 015, sebuah kaca yang terdiri dari 22% Na20, 6%
CaO,dan 72% SiO. Ketika dicelupkan ke dalam larutan berair, maka pada bagian
luar dari membran akan terhidrat sampai 10nm sampai beberapa jam. Hasil
hidrasi dari membran menghasilkan muatan negatif, hal ini merupakan bagian dari fungsi kerja
membran silika. Ion natrium, yang mampu bergerak menembus lapisan hidrat
berfungsi sebagai ion penghitung. Ion hidrogen dari larutan berdifusi
kedalam membran dan membentuk ikatan yang lebih kuat dengan membran sehingga
mampu menggeser keberadaan ion Na+ yang mengakibatkan konsentrasi
ion H+ meningkat pada membran .
Elektroda membran kaca sering dijual dalam bentuk kombinasi antara
indikator dan elektroda pembanding. Penggunaan satu elektroda sangat bermanfaat
untuk pengukuran pH.
Kelebihan elektroda kaca antara lain sebagai berikut :
Ø Larutan uji tidak terkontaminasi
Ø Zat-zat yang tidak mudah teroksidasi & tereduksi tidak berinteferensi
Ø Elektroda ini bisa dibuat cukup kecil untuk disisipkan dalam volume larutan
yang sangat kecil.
Ø Tidak ada permukaan katalitis yang kehilangan aktivitasnya oleh kontaminasi
seperti platina pada elektroda hidrogen.
Kelemahan elektroda kaca yaitu pada kondisi pH yang sangat tinggi (misal
NaOH 0,1M dengan pH = 13) berakibat :
Ø Spesifisitas untuk H+ hilang
Ø Ketergatungan tegangan pH berkurang
Ø Potensial menjadi tergantung pada aNa+
2). Elektroda membran padat
Elektroda ini menggunakan polikristal yang terdiri dari satuan kristal
garam anorganik. Elektroda selektif ion polikristal ini dibentuk dari
pelet tipis Ag2S atau campuran dari Ag2S dan garam perak
atau logam sulfida.
3). Elektroda membran cair
Elektroda membran cair adalah suatu fasa cair spesifik yang dibatasi oleh
suatu dinding yang berpori inert. Cairan spesifik tersebut terdiri atas senyawa
organik dengan berat molekul yang tinggi,tidak larut dalam air dan memiliki
struktur yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion antara ion bebas dalam
larutan yang diukur dengan ion-ion yang terletak pada pusat kedudukan molekul
cairan spesifik tersebut contoh: Na+ , K ,Ca2+ , Pb2+
4). Elektroda penunjuk gas
Elektroda
ini dirancang untuk mendeteksi konsentrasi gas yang terlarut dalam larutan.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.
Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat
pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator
.Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan titran.
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi
potensiometri yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi
dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan
pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari
larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam
dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa
dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan
ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks
dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks.
Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7,
Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus
dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi.
Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan
bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi
asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu
elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida
dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak,
dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat
platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
SUMEBR PUSTAKA
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Khopkar.
1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
Penerbit UI Press. Jakarta.
RETNO CAHYO RAHAYU/KIMIA C/15630096
Komentar
Posting Komentar