APLIKASI ELEKTROKIMIA: ELEKTROKOAGULASI
Aplikasi
metode elektrokimia untuk lingkungan dan laboratorium pada umumnya didasarkan
pada proses elektrolisis, yakni terjadinya reaksi kimia dalam suatu sistem
elektrokimia akibat pemberian arus listrik dari suatu sumber luar. Proses ini
merupakan kebalikan dari proses Galvani, di mana reaksi kimia yang berlangsung
dalam suatu sistem elektrokimia dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik,
misalnya dalam sel bahan bakar (fuel-cell). Aplikasi lainnya dari metode
elektrokimia selain pemurnian logam dan elektroplating adalah elektroanalitik,
elektrokoagulasi, elektrokatalis, elektrodialisis dan elektrorefining. Pada artikel
ini akan dibahas aplikasi elektrokimia secara khusus mengenai elektrokoagulasi.
Proses
elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan proses
flokulasi-koagulasi. Proses ini diduga dapat menjadi pilihan metode pengolahan
limbah radioaktif dan limbah B3 cair fase air alternatif mendampingi
metode-metode pengolahan yang lain yang telah dilaksanakan.
Elektrokoagulasi seringkali dapat
menetralisir muatan-muatan partikel dan ion, sehingga bisa mengendapkan
kontaminan-kontaminan, menurunkan konsentrasi lebih rendah dari yang bisa
dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan dapat menggantikan dan atau
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang mahal (garam logam, polimer).
Elektrokoagulasi adalah koagulasi dengan menggunakan listrik,
suatu beda potensial antara dua elektrode dicelupkan ke dalam larutan yang akan
dikoagulasi. Adanya medan listrik menyebabkan ion-ion yang ada dalam larutan
bergerak, yaitu kation akan bergerak ke katoda dan anion akan bergerak ke
anoda.
Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi yang terjadi |
Sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam maka akan mengoksidasi logam (M) tersebut menjadi logam kation (M+), sedangkan air akan mengalami reduksi menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion hidroksi (OH). Kation menghidrolisis di dalam air membentuk sebuah hidroksi dengan spesies dominan yang tergantung pada kondisi pH larutan.
Gambar 1. Ilustrasi Reaksi Elektrokoagulasi |
|
Sebuah reaktor elektrokoagulasi
adalah sel elektrokimia dimana anoda korban (biasanya menggunakan aluminium
atau besi) digunakan sebagai agen koagulan. Secara simultan, gas-gas elektrolit
dihasilkan (hidrogen pada katoda).
|
Gambar 4. Sebelum dan sesudah proses elektrokoagulasi |
Faktor yang
mempengaruhi elektrokoagulasi
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses elektrokoagulasi ini antara lain :
a. Kuat arus
Kuat arus merupakan
elektron yang berpindah setiap satuan luas. Sehingga semakin besar rapat arus
maka elektron yang berpindah maka semakin besar, hal ini akan menyebabkan
pembentukan koagulan yang terbentuk akan semakin banyak.
b. Jenis Elektrode
gunaan jenis
elektrode ini dipengaruhi kereaktifan logam serta pembentukan koagulan untuk
mengikat kotoran yang ada. Setiap jenis elektrode memberikan pengaruh yang
berbeda-beda. Antara elektroda Fe, Zn, serta Al. Diperoleh hasil terbaik berturut-turut yakni menggunakan
elektroda Al, Fe dan Zn.
c. Waktu
Dalam elektrokoagulasi semakin lama
waktu proses maka penurunan parameter pencemaran akan semakin baik. Ini juga
sesuai hukum faraday yang menyatakan semakin lama waktu proses maka akan
semakin banyak koagulan yang terbentuk. Semakin banyak koagulan yang terbentuk
maka semakin baik penurunan parameter pencemaran.
d. Jarak
Jarak memepengaruhi
hambatan listrik yang terbentuk, semakin besar jarak maka semakin besar
hambatan listrik yang terbentuk.
Oleh : Qurrotul A'Yun/15630106
Komentar
Posting Komentar